SEJARAH & METODE PENDEKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu: Umi Kulsum, M.Si.
Disusun
oleh:
1. Catur
Wulansari
2. Nanda Ayu
Masrofah
3. Siti
Amsilatul Muhakamah
4. Tri My
Luchis Manfa’ati
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
“AL-MUSLIHUUN”
TLOGO KANIGORO BLITAR
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi perkembangan pada
prinsipnya merupakan cabang dari ilmu psikologi. Psikologi itu sendiri
merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”.
Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa yunani yaitu
“psyche”, berarti, jiwa atau daya hidup,
sedangkan “logos” berarti ilmu. Jadi secara harafiah, “psychology” berarti ilmu
yang mempelajari tentang kejiwaan atau “Ilmu Jiwa “. Sedangkan menurut istilah,
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, dimana jiwa termanifestasi
dalam tingkah laku atau aktivitas- aktivitas baik motorik, kognitif, maupun
emosi. Sedangkan istilah “perkembangan”
(development) dalam psikologi merupakan konsep yang cukup rumit dan
kompleks. Perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang
semakin memebesar melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan
yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap dari dari
fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap
kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Dalam psikologi perkembangan
terdapat metode-metode umum dan khusus yang digunakan untuk mengetahui historis
suatu perkembangan. Metode-metode pendekatan umum itu antara lain : pendekatan cross-sectional,
pendekatan longitudinal, dan pendekatan cross-cultural
(lintas-budaya). Masing-masing pendekatan tersebut, memiliki kelebihan dan
kelemahan tertentu.
Sedangkan metode pendekatan khusus
yang digunakan dalam psikologi perkembangan pun terdiri dari berbagai jenis
metode. Pada prinsipnya sama dengan penelitian dalam ilmu pengetahuan lainya,
sehingga banyak cara yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam
ilmu ini, antara lain : metode observasi, metode eksperimen, metode klinis,
metode tes, metode pengumpulan data. Dalam makalah inilah akan ada pembahasan
lebih mendalam tentang pendekatan dan metode dalam psikologi perkembangan.
Dengan metode- metode pendektan itulah, seseorang bisa mendapatkan data,
sehingga dapat melakukan analisa dan identifikasi suatu perkembangan maupun
pertumbuhan dalam ruang lingkup psikologi.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah psikologi perkembangan?
2.
Metode
pendekatan umum apa saja yang digunakan dalam psikologi perkembangan?
3.
Metode pendekatan khusus apa saja yang
digunakan dalam psikologi perkembangan?
4.
Aliran-aliran
apa saja di dalam psikologi?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah psikologi perkembangan.
2. Mengetahui metode pendekatan umum dalam psikologi
perkembangan
3. Mengetahui metode pendekatan khusus dalam
psikologi perkembangan
4.
Mengetahui
aliran-aliran dalam psikologi perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Psikologi Perkembangan
Psikologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari
bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada mulanya berasal
dari kata dalam bahasa Yunani yaitu “psyche”, berarti, jiwa atau daya hidup, sedangkan “logos”
berarti ilmu. Jadi secara harafiah, “psychology” berarti ilmu yang
memepelajari tentang kejiwaan atau “Ilmu Jiwa “. Menurut para ahli psikologi,
pengertian psikologi secara istilah adalah sebagai berikut :
1. Merupakan ilmu tentang kesadaran manusia.
2. Merupakan ilmu yang mempelajari prilaku dan proses
mental.
3. Merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas
individu ( meliputi perilaku motorik, kognitif, dan emosi ).
4. Merupakan
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, dimana jiwa termanifestasi dalam
tingkah laku atau aktivitas- aktivitas baik motorik, kognitif, maupun emosi[1].
Pada tahun 1897, fisiolog
(dokter) Wilhelm Wundt untuk pertama kalinya mengajukan gagasan memisahkan ilmu
psikologi dari ilmu-ilmu induknya, yaitu ilmu filsafat dan ilmu faal. Keinginan
kuat Wundt untuk menjadikan psikologi sebagai disiplin ilmu yang berdiri
sendiri didasarkan atas keyakinannya bahwa gejala-gejala psikis tidak dapat
hanya diterangkan dari sudut proses-proses fisik. Menurutnya, bagi psikologi,
fisiologi hanyalah merupakan ilmu pengetahuan penolong saja. Untuk itu, di kota
Leipzig. Wundt mendirikan laboratorium sendiri untuk melakukan
eksperimen-eksperimen dalam psikologi. Objek psikologi Wundt bukan lagi
konsep-konsep abstrak seperti dalam ilmu filsafat, tetapi juga bukan reflex
yang bersifat ilmu faal, melainkan tingkah laku yang bias dipelajari secara
objektif.
Sejak zaman Wundt itulah,
psikologi mulai dipandang sebagai ilmu berdiri sendiri. Objek materialnya
adalah gejala-gejala tingkah laku manusia, baik yang tampak maupun yang tidak
tampak, yang dapat diamati dan diukur secara langsung. Oleh sebab itu, dewasa
ini psikologi didefinisikan sebagai “the scientific study of behaviour and
mental processes”. Tingkah laku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh
suatu organisme yang dapat diamati dan direkam, seperti berteriak, tersenyum,
mengedipkan mata, berbicara dan bertanya. Sedangkan proses mental adalah
pengalaman internal yang kita simpulkan dari tingkah laku, atau aktivitas
organisme yang bersifat psikologis, seperti sensasi, persepsi, mimpi, pikiran
fantasi, kepercayaan dan persaan.
Sedangkan pengertian
perkembangan, Chaplin (2002)[2]
mengartikan perkembangan sebagai (1) Perubahan yang berkesinambungan dan
progresif dalam organisme, dari lahir hingga mati, (2) Pertumbuhan, (3)
Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke
bagian-bagian fungsional., (4) Kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari
tingkah laku yang tidak dipelajari. Sementara itu, Reni Akbar Hawadi (2001)[3]
menafsirkan,”Perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses
perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kausalitas
kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga
tercakup konsep usia yang diawali saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”.
Perkembangan itu menunjukkan
suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menunjukkan kedepan dan tidak
dapat diulangi kembali.dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan
yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan
menunjukkan pada perubahan – perubahan dalam suatu arah yang bersifat maju[4].
Psikologi perkembangan lebih
mempersoalkan factor-faktor umum yang memepengaruhi proses perkembangan yang
terjadi di dalam diri seseorang. Titik berat yang diberikan oleh para psikolog
perkembangan adalah relasi antara kepribadian dan perkembangan. Hal ini
disebabkan oleh pendapat sebagian besar para psikolog bahwa keseluruhan
kepribadian itulah yang berkembang meskipun beberapa komponen dapat lebih
menonjol perkembangan pada masa – masa
tertentu daripada komponen yang lain, misalnya fungsi indra dan fungsi
motorik menonjol pada tahun – tahun pertama. Dengan kata lain, psikologi
perkembangan lebih tertarik pada struktur yang berbeda – beda yang tampak pada
orang yang tengah berkembang itu. Ia tertarik antara struktur- struktur itu.
Berhubung dengan itulah kadang-kadang dipakai istilah stadium yang berurutan,
bila pembicaraan berkisar pada suatu komponen tertentu, misalnya perkembangan
intelegensi. Kadang – kadang dipakai istilah fase bila pembicaraan berkisar pada
hubunganya antara komponen – komponen dalam periode perkembangan tertentu.
Dengan begitu orang bicara
mengenai masa-masa penghidupan, yang jelas dapat dibedakan antara masa
anak-anak, masa remaja, masa dewasa hingga masa lanjut usia. Masa pemuda atau
masa remaja kurang jelas batasnya dengan masa kanak-kanak maupun masa dewasa
awal, meskipun memang ada cirri-ciri yang khas yang membedakan masa remaja
dengan masa sebelumnya. Berhubung dengan sifat seseorang yang khas serta jalan
perkembanganya yang khas pula, maka psikologi perkembangan juga dapat dipandang
sebagai psikologi jalan hidup seseorang.
Desmita dalam bukunya
“Psikologi Perkembangan” menyimpulkan bahwa Perkembangan itu tidak terbatas
pada pengertian pertumbuhan yang semakin memebesar melainkan didalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan
bersifat tetap dari dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki
individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan
belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan cirri-ciri kemampuan baru
yang berlangsung dari tahap.
Aktivitas yang sederhana ke tahap
yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi
pasti, melalui suatu bentuk / tahap ke bentuk / tahap berikutnya, yang kian
hari bertambah maju, mulai dari masa pembuahan hingga berakhir dengan kematian.
Ini menunjukkan sejak masa
konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan
mengalami perubahan-perubahan yang progresif dan berkesinambungan. Selama masa
kanak-kanak hingga menginjak remaja misalnya, ia mengalami perkembangan dalam
struktur fisik dan mental, jasmani dan rohani sebagai cirri-ciri dalam memasuki
jenjang kedewasaan. Demikian seterusnya, perubahan-perubahan dalam diri individu
itu terus berlangsung tanpa henti, meskipun perkembangan semakin hari semakin
pelan, setelah ia mencapai titik puncaknya.
Dari penjelasan diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa psikologi perkembangan adalah:
1. Ilmu yang lebih mempersoalkan faktor-faktor umum
yang mempengaruhi proses perkembangan ( perubahan )dalam diri seseorang yang
menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan (Pendapat Prof.
Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P dan Prof. Dr. Siti Rahayu dalam bukunya
“Psikologi Perkembangan”).
2. Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang
mulai periode masa bayi, remaja, dewasa hingga lanjut usia (Pendapat Kartini
Kartono dalam bukunya “Psikologi Anak”).
Untuk mengetahui suatu
perkembangan atau pertumbuhan, harus dilakukan pendekatan-pendekatan dan
metode-metode tertentu, dimaksudkan untuk memberikan pengertian tentang
bagaimana para psikolog perkembangan melakukan tugas mereka dalam mendapatkan
lebih banyak pengertian akan gejala perkembangan serta bagaimana cara mengatasi
hambatan dalam proses perkembangan.
B. Metode Pendekatan Umum
Dalam buku Desmita
(Psikologi Perkembangan) ada beberapa pendekatan dalam psikologi perkembangan
yang bersifat pendekatan umum, yaitu:[5]
1. Metode Cross-sectional
Pendekatan
Cross-sectional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan untuk
melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang
relative singkat. Dalam pendekatan ini penelitian dilakukan terhadap
orang-orang atu kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Suatu studi
kros-sektional yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5 tahun, 8
tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat mencakup kelompok anak remaja dan
orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun. Kelompok-kelompok yang
berbeda tersebut dapat dibandingkan dalam halkeberagaman variable terikat,
sepeti IQ, memori, relasi teman sebaya, kedekatan dengan orang tua, perubahan
hormone, dan lain-lain. Semua ini dapat dilakukan dalam waktu yang relative
singkat. Dengan mengambil kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda ini
akhirnyaakan dapat ditemukan gambaran mengenai proses perkembangan satu atau
beberapa aspek kepribadian seseorang. Melalui pendekatan cross-sectional
dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan factor yang khas atau yang
kurang khas bagi kelompok-kelompok yang diperbandingkan.
Keuntungan
utama dalam pendekatan cross-sectional ini adalah bahwa para peneliti
tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk menunggu individu bertumbuh.
Adapun kelemahan pendekan ini adalah bahwa pendekatan ini tidak member
informasi tentang bagaimana individu berubah atau tentang stabilitas
karakteristiknya. Naik turunya perkembangan dapat menjadi tidak jelas.
2. Metode Longitudinal
Pendekatan
longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara
menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama, misalnya mengikuti perkembangan
sesorang dalam jangka waktu tertentu, seperti selama masa kanak-kanak atau
selama masa remaja. Dengan pendekatan ini diteliti beberapa aspek tingkah laku
pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan begitu
akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
Pendekatan ini pun
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan pendekatan ini adalah :
a.
Sampel lebih
sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa terhadap pertumbuhan dan
perkembangan setiap individu.
b.
Memungkinkan
mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan, baik secara pribadi maupu
dalam kelompok.
c.
Memungkinkan
melakukan analisa terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek
kematangan maupun pengalaman, karena data yang diperoleh berasal dari anak yang
sama.
d.
Memberikan
kesempatan untuk menganalisa efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku
dan kepribadian.
Sedangkan kelemahan
dari pendekatan ini adalah :
a.
Membutuhkan
waktu yang yang lama dan biaya yang besar.
b.
Memerlukan
banyak peneliti yang kemungkinan memiliki pengalaman yang berbeda-beda.
c.
Kemungkinan
terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang dilakukan,
misalnya bila orang pindah tempat atau meninggal.
3. Metode Cross-cultural
Pendekatan
cross-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak digunakan untuk mengetahui
perbedan-perbedaan atau persamaan-persamaan perkembangan anak pada latar
belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini adalah karena dengan pendekatan
ini akan diperoleh pengertian yang lebih mendalam tentang proses perkembangan
seseorang. Melalui pendekatan ini bisa dijelaskan hipotesa-hipotesa yang ada
melalui faktor-faktor yang diperoleh, misalnya tentang besar kecilnya pengaruh
dari faktor sosial, ekonomi, pola pengasuhan dan gaya hidup terhadap cirri-ciri
kepribadian dan perkembangan-perkembangan kogniotif.
Pendekatan
ini dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang
kebudayaanya, baik melalui percobaan, maupun tes pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan pengumpulan data lainya untuk diolah dan dianalisa
persamaan dan perbedaanya. Dengan pendekatan ini suatu hipotesa mengenai tes,
misalnya yang bebas-budaya (cultural-free) atau norma-norma yang
dianggap universal (misalnya kemampuan berbicara) dapat dibuktikan kebenaranya.
Demikian pula mengenai urutan-urutan dalam perkembangan pentahapan dalam
perkembangan, apakah merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu
kelompok keturunan tertentu, dapat diselidiki dengan pendekatan lintas budaya
ini.
Dengan
demikian pendekatan lintas-budaya (cross-cultural) mengenai
urutan-urutan dalam perkembangan, pentahapan dalam perkembangan, apakah
merupakan norma yang universal atau berlaku pada suatu kelompok keturunan
tertentu, dapat diselidiki dengan latar belakang kebudayaan yang sangat
berbeda.
C. Metode Pendekatan Khusus
Dalam buku “Psikologi
Perkembangan” karya Desmita, terdapat beberapa metode yang digunakan untuk
mengetahui gejala-gejala yang timbul dalam psikologi perkembangan yang bersifat
khusus, diantaranya :[6]
1.
Metode Observasi
Adalah
suatu cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat
dalam jangka waktu tertentu atau pada tahap perkembangan tertentu. Metode ini
dibedakan menjadi dua :
a.
Observasi
Alami
Adalah
pencatatan data mengenai tingkah laku yang terjadi sehari-hari secara
alamiah/wajar. Jadi para peneliti melakukan semua pencatatan terhadap kehidupan
anak tanpa mengubah suasana atau mengontrolnya. Misalnya : observasi yang
dilakukan terhadap kehidupan anak dari jam sekian hingga sekian, dan mencatat
apa saja yang dilakukan.
b.
Observasi
Terkontrol
Dilakukan
bilamana lingkungan tempat anak berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan
tujuan peneliti, sehingga bermacam- macam reaksi tingkah laku anak diharapkan
akan timbul. Misalnya seorang anak yang ingin diketahuai reaksi dan sikapnya
terhadap lingkungan pergaulanya, akan diobservasi pada lingkungan sosial yang
sudah direncanaka. Demikian juga untuk mengetahui sebab-sebab seorang anak yang
agresif, ia dimasukkan kedalam ruangan main yang sudah disusun sedemikian rupa
(misalnya ruangan yang ada bermacam boneka atau mainan) sehingga reaksi-reaksi
dan perubahan-perubahan yang akan diperlihatkan anak timbul karena rangsangan
khusus dari lingkunganya. Dengan demikian dalam observasi terkontrol ini
dilakukan manipulasi terhadap tingkah laku tertentu. Observasi yang terkontrol
ini bisa dilakukan terhadap sekelompok anak yang sama umurnya atau sama jenis
kelaminya dan pada waktu tertentu.
Kedua
jenis observasi ini bisa dilakukan dengan alat-alat modern serta dengan
kuantifikasi secara statistic dan pengolahan-pengolahan dengan computer. Jenis
observasi yang kedua dianggap lebih objektif dan hasilnya lebih akurat dari
pada yang pertama. Karena itu observasi terkontrol dapat dilakukan untuk
tujuan-tujuan experimental dengan pendekatan dan metode yang sesuai dengan
lapangan psikologi experimental. Misalnya untuk menyelidiki timbulnya phobia
anak-anak terhadap anjing dapat dilakukan dengan observasi terkontrol dan
dengan metode-metode yang ditinjau dari sudut experimental, seperti dengan membagi
sekelompok anak sebagai kelompok pengontrol.
2.
Metode Eksperimen
Adalah
metode penelitian dalam psikologi perkembangan dengan melakukan
kegiatan-kegiatan percobaan pada anak. Penggunaan metode ini dalam penelitian
terhadap anak-anak tidaklah mudah, karena anak-anak sangat sugestible, mudah
dipengaruhi, bertingkah laku semaunya, sering sulit diberikan pengertian, dan
sukar diketahui dengan jelas apa yang
dimaksudkan oleh anak itu. Dan biasanya diadakan percobaan ulang untuk
mendapatkan hasil untuk dicocokkan dengan hasil yang pertama.
3.
Metode Klinis
Adalah
suatu metode penelitian yang khusus ditujukan kepada anak-anak dengan cara
mengamat-amati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab. Cara ini diterapkan
dalam rangka untuk memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa untuk
selanjutnya, dapat diberikan pengobatan. Biasanya dilakukan melalui percakapan,
pemberian tugas, bermain. Umumnya metode ini digunakan di rumah sakit bagi
pasiennya yang dilakukan oleh para psikiater.
4.
Metode Tes
Adalah
metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran tertentu terhadap objeknya.
Tes merupakan instrument penelitian yang penting dalam psikologi kontenporer,
yang digunakan untuk mengukur segala jenis kemampuan, minat, sikap dan hasil
kerja. Dalam hal ini, para peneliti biasanya menggunakan tes-tes psikologi yang
sudah distandarisasi. Tes terstandar memiliki dua cirri penting. Pertama, para
pakar psikologi biasanya menjumlahkan semua skor individu untuk menghasilkan
satu skor tunggal, atau serangkaian skor, yang mencerminkan sesuatu tentang
individu. Kedua,para pakar psikologi membandingkan skor individu dengan skor
sejumlah besar kelompok yang sama untuk menentukan bagaimana individu menjawab
dalam kaitnya dengan orang lain.
5.
Metode
Pengumpulan Data
Ini
dapat dikerjakan dengan mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan
karya/kegemaran anak-anak, antara lain: Surat-surat,catatan harian(diary,
karangan, perangko, lukisan, foto, dll. Dari bahan-bahan tersebut sangat
bermanfaat untuk dipelajari dan selamjutnya dianalisis serta diambil kesimpulan.[7]
D. Aliran-aliran Psikologi
1.
Strukturalisme
Psikologi
muncul dan berkembang mulai tahun 1879 yaitu setelah didirikan laboratorium
psikologi yang pertama di Leipzig oleh Wilhem Wundt yang dikenal sebagai bapak
pendiri psikologi. Dalam laboratorium ini Wundt mempelajari dan meneliti jiwa
lebih langsung dari filosof-filosof dan meniru kemajuan yang telah dicapai
dalam ilmu pengetahuan lainnya. Dengan menggunakan metode introspeksi secara
eksperimental mencoba melakukan penelitian yang dilakukan secara analisa
elementer untuk menentukan pengalaman kesadaran dengan menganalisa ke dalam
unsur-unsurnya. Terbentuknya aliran ini didasari pada pendapat bahwa psikologi
sudah seharusnya mempelajari jiwa dari segi unsur-unsurnya dimana jiwa tersebut
tersusun. Helmhotz yang telah melatih Wundt dalam penelitian psikologi secara
eksperimen dari Inggris.
Selain
Wundt tokoh strukturalisme adalah Titchener, yang telah membawa paham
strukturalisme Wundt dan menyebarkan paham tersebut di Amerika Serikat. Paham
dan pandangan psikologi Wundt jug dikembangkan oleh murid-muridnya seperti Mc.
Keen Cattel, Hugo Munsterberg dan psikiater Kraeplin seperti yang telah
diuraikan dalam sejarah.
2.
Fungsionalisme
Seorang
tokoh psikologi Amerika dan pelopor aliran fungsionalisme yaitu Wiliam James
(1842-1910), telah beranggapan bahwa pendapat Wundt dan pendapatnya telah
keliru dan sesat apabila mengambil sasaran penelitian / percobaan psikologinya
untuk menemukan struktur dari pada pengalaman kesadaran manusia. James
berpendapat pengalaman kesadaran itu hakekatnya adalah suatu peristiwa atau
proses bukan diuraikan unsur-unsurnya. Aliran ini juga merumuskan jiwa adalah
pemelihara kelangsungan hidup sesorang dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
Aliran
fungsionalisme memandangnya secara dinamis yaitu sebagai proses mental yang
terjadi dalam suatu aktivitas psikologi tujuan dan fungsi. Tokoh-tokoh yaitu
John Dewey (1859-1952), James Mc Kenn Cattel (1866-1944), E.L. Trondike
(1874-1949), dan R.S.Woodworth (1969-1962).
3.
Behaviorisme
Perkembangan
aliran behaviorisme termasuk gerakan/alairan psikologi yang kuat dan
berpengaruh. Tokoh pendirinya adalah John B. Waston (1878-1958). Aliran ini
menghimbau agar psikologi tidak memusatkan perhatiannya untuk mempelajari
gejala-gejala kesadaran atau dibawah sadar, tetapi sesuai dengan tugasnya
psikologi harus berupaya meramalkan apa yang sebenarnya yang mennjadi sasaran /
tujuan tingkah laku dan berusaha bagaimana agar orang dapat mengendalikan
tingkah laku tersebut, tepatnya ilmu pasti. Tokoh psikologi B. F. Skinner
menyatakan “lingkungan merupakan kunci penyebab terjadinya tingkah laku.” Untuk
dapat memahami tingkah laku manusia kita harus perhatikan lingkungan individu
terhadap individu sebelum dan sesudah ia memberikan respon.
4.
Gestalt
psychology
Aliran
ini merupakan suatu protes terhadap pandangan strukturalisme. Pemikiran tentang
gestalt ini ditemukan oleh MaX Werthiemer (1880-1943) seorang psikolog Jerman.
Gestalt berarti bentuk, pola keseluruhan, dasarnya adalah unit (kesatuan)
sedangkan alatnya yang dijadikan dasar adalah persepsi (pengamatan/ penalaran).
Para psikologi ini kebanyakan perhatian/studinya ditujukan kepada
prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan proses pengamatan. Pemuka yang lain
adalah Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1886-1967).
5.
Psychanalytic
psychology
Aliran
ini muncul pada tahun 1900 dan aliran ini muncul pandangan psikologi yang
dikembangkan melalui dasar-dasar tinjauan klinis-psikiatris oleh aliran
psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freud seorang Psikiater Australia.
Pengobatan dilakukan melalui kejadian-kejadian yang dialami pasien yang
mengalami gangguan kejiwaan, disinilah teori kepribadian dan suatu pendekatan
psikoterapi dikarenakan mental manusia itu berbeda.
6.
Humanistic
psychology
Aliran
humanisme sebagai bantahan dan kurangnya aliran behaviorisme dan psikoanalisa.
Aliran humanisme ini pada dasarnya mengakui bahwa pengalaman dan masa lalu itu
mempengaruhi kepribadian, tetapi harus diakui pentingnya kedudukan “free will”
yaitu dasar kemauan bebas manusia untuk membuat keputusan bagi dirinya untuk
menentukan dirinya sendiri. Aliran ini tidak menggunakan eksperimen
dilaboratorium seperti penelitian dengan mengawasi tingkah laku dan
perkembangan pada binatang akan tetapi humanisme lebih menekankan pentingnya
peran faktor subjektif seperti : gambaran dari seseorang, penilaian diri dan
kerangka sasaran atau cita-cita ideal.
Keenam aliran yang telah
diuraikan diatas menjadi konsep yang selalu digunakan para psikologi sampai
saat ini untuk meneliti/mengamati jiwa manusia. Para psikolog saat ini tidak
menganut aliran karena mereka mengembangkan dan mengguanakan teori psikologi
yang lebih objektif dari aliran tersebut, saling melengkapi, dan saling
menyempurnakan satu sama lain[8].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beraneka ragam cara yang
dilakukan oleh para psikolog umtuk mengetahui tahap-tahap dalam proses
perkembangan. Pada metode pendekatan yang bersifat umum terdiri dari : cross-sectional,
longitudinal, dan cross-cultural. Sedangkan metode-metode pendekatan
yang bersifat lebih khusus terdiri dari : metode observasi, eksperimen, klinis,
tes dan pengumpulan data.
Dalam metode pendekatan
psikologi perkembangan, metode pendekatan yang lebih umum memberikan pengertian
akan keseluruhan proses perkembangan atau beberapa aspeknya. Sedangkan beberapa
metode pendekatan khusus dimaksudkan untuk memberikan lebih banyak pengertian
akan gejala perkembangan, beberapa metode yang lain lagi memberikan pengetian
bagaimana caranya mengatasi hambatan dalam proses perkembangan. Para peneliti
melakukan berbagai pendekatan dengan metode tertentu untuk mendapatkan analisa
dari suatu gejala yang terjadi dalam suatu proses perkembangan. Pada pemakaian
metode yang terpadu menambah kemungkinan untuk memperoleh pengertian mengenai hubungan
gejala perkembangan satu dengan yang lain, baik mengenai tingkah laku, pendapat
maupun kondisi tertentu dalam proses perkembangan seseorang.
Maka dari itu, kita harus
bisa mengetahui tahab yang dilakukan seorang peneliti untuk mendapatkan data.
Sehingga, bila suatu saat nanti kita dihadapkan pada lingkungan yang menuntut
kita untuk terjun pada analisa dunia perkembangan, kita mengetahui berbagai hal
yang bersangkutan dengan perkembangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh, 2005, Psikologi
Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta
Akbar, Reni dan Hawadi, 2001, Psikologi Perkembangan
Anak, Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo.
Desmita,
2009, Psikologi Perkembangan Cetakan kelima, Bandung: Rosdakarya
http://bambangwahyono.wordpress.com/aliran-psiklologi.html
Diakses Tanggal 24-09-2014 (11.30 WIB)
Walgito, Bimo, 1997, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta:
Andi
[1] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (2005).
[2] Desmita, Psikologi Perkembangan, Cetakan kelima (2009). Hal.
4
[3] Hawadi dan Reni Akbar, Psikologi Perkembangan Anak :Mengenal Sifat,
Bakat,dan Kemampuan Anak, (2001).
[4] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan,
(Edisi Revisi)” Cet.ke-2 (2005), Hal. 1
[5] Desmita, op.cit. Hal. 60
[6] Desmita, op.cit. Hal. 65
[7] Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. op. cit.
[8] http://bambangwahyono.wordpress.com/aliran-psiklologi.html
Diakses Tanggal 24-09-2014 (11.30 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar