Rabu, 12 November 2014

materi psikologi belajar


PSIKOLOGI BELAJAR

PENGERTIAN PSIKOLOGI
Psikologi berasal dari bahasa yunani Psyche artinya jiwa/pikiran/ruh & logos artinya ilmu. Psikologi adalah ilmu tentang jiwa/ pikiran/ruh. Menurut (Crow and Crow) Psychology is the study of human behavior and human relationship. Menurut (Woowworth & Marquis) Psychologi is the scientific studies of the individual activities relations to the environment
PENGERTIAN BELAJAR
Menurut (Cromback) Learning is shown by change in behavior as result of experience. Menurut (Skinner) Learning is processof progressive behavior adaption. Hakekat belajar adalah “change”. Psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi tiori-tiori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran. Ruang lingkup psikologi belajar meliputi masalah belajar, proses belajar dan situasi belajar atau hal-hal yang berkaitan dengan masalah belajar.
METODE PSIKOLOGI BELAJAR
1.    Metode eksperimen
2.    Metode observasi
a.    Instrospeksi dg meninjau gejala” jiwa sendiri secara sengaja, teliti n sistematis.
b.    Ekstrospeksi dg meninjau gejala” jiwa orang lain secara sengaja, teliti, n sistematis.
3.    Metode genetik  dg observasi terhadap pertumbuhan fisik n perkembangan mental individu.
4.    Metode riwayat hidup dg mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya baik yg ditulis sendiri maupun oleh orang lain.
5.    Metode tes, yaitu dg pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab untuk mengukur semua jenis kemampuan individu.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBAGAN ANAK SERTA PENGARUHNYA DALAM BELAJAR
1.    Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan dua hal yang saling mempengaruhi
2.    Anak sebagai kesluruhan, terbentuknya pribadi anak dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya, sifat-sifat bawaan dan aktifitas sehari-hari.
3.    Umur mental anak mempengaruhi pertumbuhan, terdapat hubungan yg erat antara prestasi belajar dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan anak.
4.    Permasalahan tingkah laku sering berhubungan dg pola-pola pertumbuhan.
5.    Penyesuaian pribadi dan sosial mencerminkan dinamika pertumbuhan
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
NO    TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF    USIA PERKEMBNAGAN KOGNITIF
1.    Sensory Motor (Sensori Motor)    0 – 2 Tahun
2.    Pra-Operational (Pra-Operasional)    2 – 7 Tahun
3.    Concrete=Operational (Konkret Operasional)    7 – 11 Tahun
4.    Formal-Operational (Formal=Operasional)    11 – 15 Tahun

TAHAP SENSORY-MOTOR
Intelegensi bersifat primitif, namun merupakan fondasi terbentuknya tipe intelegensi tertentu bagi anak. Bayi usia dibawah usia 18 bulan belum mengenal obyect permanence. Bayi usia 18-24 bulan baru mengenal object permanence secara bertahap.
TAHAP PRA-OPERASIONAL
Ciri-cirinya meliputi:
1.    Penguasaan sempurna obyect permanence
2.    Memiliki kapasitas mental representation (gambaran mental).
3.    Mampu mengembangkan deferred-imitation (peniruan yang tertunda)
4.    Munculnya (insight-learning)
5.    Wataknya masih egosentrisme karena dipengaruhi conservation/pengekalan dalam pemahaman aspek demensi kuantitaif materi lingkungan.
TAHAP KONKRIT-OPERASIONAL
Intelegensi anak pd tahap ini meliputi: Conservation, kemampuan memahami aspek-aspek komulatif materi seperti volume dan jumlah. Addition of classes, penambahan golongan benda atau mengkombinasikan golongan benda seperti benda kelas tinggi - rendah. Multiplication of classes, pelipat gandaan golongn benda seperti warna dan tipe bunga.
TAHAP FORMAL OPERASIONAL
Pada tahap ini seseorang memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif :
Kapasitas menggunakan hipotesis dan Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
PERKEMBANGAN SOSIAL DAN MORAL ANAK VERSI PIAGET
USIA ANAK    TAHAP PERKEMBANGAN MORAL    CIRI KHAS
4-7 Tahun    Realisme  moral (dalam tahap perkembangan kognitif pra-operasional)    Memusatkan pd akibat-akibat perbuatan
Aturan-aturan dipandang tak berubah.
Hukuman atas atas pelanggaran dipandang bersifat otomatis.
7-10 Tahun    Masa transisi (dalam tahap perkembangan kognitif konkret-operasional)    Perubahan secara bertahap kearah pemilikan moral tahap ke-2
11 Tahun ke atas    Otonomi, realisme dan resiprositas moral (dalam perkembangan kognitif formal-operasional)    Mempertimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral.
Menyadari bahwa aturan moral adalah kesepakatan tradisi yang dapat berubah.

3 TINGKATAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN MORAL ANAK
A.    Tingkat moral pra-konvensional, fase perkembangan prayuana(usia4-10 Tahun) belum menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi moral.
B.    Tingkat moral konvensional, fase perkembangan yuana (usia 10-13 Tahun) menganggap moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
C.    Tingkat moral pascakonvensional, fase perkembnagan yuana dan pasca yuana, (usia 13 Tahun ke atas), memandang moral lebih dari kesepakatan tradisi sosial. dg mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya baik yg ditulis sendiri maupun oleh orang lain.
KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ)
Kecerdasan Intelektual adalah kemampuan umum yang dimiliki manusia yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan, syarat minimum kompetensi. Perkembangan IQ yang pesat pada masa balita s/d kurang lebih 16 Tahun setelah itu yang berkembang EQ nya. Pengaruhnya terhadap kesuksesan 20%. Pengaruhnya terhadap belajar tergantung kesesuaiannya antara kemampuan yang dimiliki dengan waktu yang digunakan. Agar hasil belajar lebih optimal menggunakan otak kanan dan kiri secara seimbang (kiri : urut, parsial dan logis dan kanan: acak, holistik dan kreatif)
     Faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangan intelektual adalah :
    a. Faktor genetik/heriditas.
    b. Faktor lingungan ( keluarga, sekolah dan bermain).
AGAR BELAJARNYA MEMPEROLEH NILAI BAIK
       Menggunakan kemampuan secara optimal (dalam buku Miracle of Your Mind) kebanyakan orang menggunakan 5 – 6% kemampuannya, apabila menggunakan 50% dari kemampuannya, maka dapat menguasai 40 bahasa dan 12 gelar kesarjanaan sekaligus.
KECERDASAN EMOSIONAL (EQ)
Pengertian EQ adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri, perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,  dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dalam diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.
UNSUR-UNSUR YANG ADA PADA “EQ”
1) Kesadaran diri, thd emosi diri, pribdi dan percaya diri. 2) Pengaturan diri, pengendalian diri, dpt dipercaya, waspada adaptif dan inovatif. 3) Motivasi berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis. 4) Empati, memahami orla, pengemb. Orla, mengatsi keragaman dan kesadaran politis. 5) Ketrampilan sosial, berpengaruhi, komunikasi, kepemimpinan, managemen konflik, kolaborasi ,koperasi dan kerja team.
MENGEMBANGKAN “EQ” ANAK
Menyadari emosi anak, Mengakui emosi sebagai kesempatan, Mendengarkan dengan empati, Mengungkapkan nama emosi anak, Membantu menemukan solusi, Jadilah teladan, dan Pengaruh terhadap kesuksesan 80%
KECERDASAN SEPIRITUAL (SQ)
SQ adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam dari diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar ( Danah Zohar) , Fakultas dari demensi non matrial kita / ruh (Khalil Khowari), Kecerdasan yang mencadat inspirasi, dorongan , dan efektifitas yang terinspirasi / penghayatan ke Tuhanan ( Sinetar)
Aplikasi semakin baik SQ semakin baik prestasinya
MENJELAJAHI SAMUDRA SPIRITUAL QUOTIENT (SQ)
Menurut DR. Damitri Mahayana orang yg mempunyai SQ tinggi adalah memiliki prinsip dan visi yang kuat, yakni :
Prinsip kebenaran; realitas sesungguhnya, keadilan; sesuai hak dan kebaikan; melampaui hak. Visi: mampu melihat kesatuan dalam keragaman, mampu mamknai setiap sisi kehidupan, dan mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan
Langkah praktis mengembangkan SQ adalah menyadari situasi, ingin berubah, mengenali diri, memikirkan hambatan, disiplin, makna terus-menerus dan hormati mereka.


                                                          KECERDASAN MANUSIA

KECERDASAN INTELEKTUAL
Kecerdasan secara sederhana didefinisikan sebagai kemampuan untuk belajar (ability to learn). Secara umum meliputi kemampuan untuk mempelajari sesuatu, belajar dari sesuatu, memahami sesuatu, dan berinteraksi dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan yang dimaksud adalah misalnya menyangkut orang-orang di sekitarnya, keluarga, tempat kerja, dsb.
Secara khusus, kemampuan tersebut meliputi kemampuan: beradaptasi dengan lingkungan yang baru atau kemampuan untuk berubah pada kondisi yang sedang berlaku, kapasitas pengetahuan dan kemampuan untuk mempelajarinya, kapasitas berpikir sebab-akibat, kapasitas menganalisis, mengevaluasi dan mengambil tindakan, kapasitas berfikir secara original dan mengembangkannya.
KECERDASAN (Intelligent)
1.    Kemampuan untuk menguasai pengetahuan (belajar dan memahami),
2.    Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan (untuk memecahkan masalah), dan
3.    Kemampuan dalam abtract reasoning yaitu kemampuan untuk menganalisis informasi dan memecahkan masalah yang kompleks berdasarkan berdasarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki.
IQ (Intelligent Quotient)
Merupakan skor tingkat kecerdasan seseorang yang secara umum digambarkan dalam kurva distribusi normal

<70 (terbelakang secara mental -- 2.2%), 70-80 (garis batas terbelakang) -- 6.7%, 80-90  (rata-rata rendah -- 16.1%), 90-110  (rata-rata -- 50%), 110-120 (rata-rata tinggi -- 16.1%), 120-130 (superior -- 6.7%) dan > 130  (sangat superior -- 2.2%).
Kecerdasan terbentuk pada saat minggu ke tiga masa kehamilan, 250.000 sel /menit dng mitosis. Ketika baru lahir, berat otak bayi 25% dari berat otak orang dewasa,100 milyar sel. Satu sel akan berhubungan langsung dengan 100 sel syaraf. Setiap sel otak mempunyai potensi menjadi "alat“ pemroses informasi. Di usia dua bulan, jumlah sel otak = jumlah sel otak orang dewasa. berat otaknya belum sama dengan otak orang dewasa.
IQ adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Unsur-unsur dalam IQ (Robin, 1996) adalah: 1) kecerdasan numeris, 2) pemahaman verbal, 3) kecepatan perseptual, 4) penalaran induktif, 5) penalaran deduktif, 6) visualisasi ruang, dan 7) ingatan
PERBEDAAN IQ, EQ DAN SQ
Intelectual Quotient : kecerdasan berbasis pada logika pengetahuan. Emotional Quotient : Kecerdasan berbasis Emosi, yaitu kemampuan mengendalikan diri dan memahami perasaan orang lain. Spiritual Quotient : kecerdasan yang berbasis pada nilai-nilai Ketuhanan.
KECERDASAN EMOSIONAL
     Istilah ini pertama kali dipakai tahun 1990 oleh: Peter Solevey (Yale University) dan John Meyer University of New Hamshire)
     Menjadi populer berkat buku Daniel Goleman: “Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ” (1995) dan Didefinisikan sebagai : “Kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, mempergunakan serta mengatur emosi di dalam dikehidupan”
Emotional Intelligence, EI adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, menentukan, dan mengontrol emosi dirinya sendiri, dari yang lainnya, dan dari kelompoknya (tidak hanya dirinya sendiri, yang merupakan kemampuan minimal).
Konsep Salovey dan Mayer (Mayer & Salovey, 1997; Mayer et al., 2001; Salovey & Grewald, 2005) dengan “ability model” bahwa EI meliputi:
1.    Menerima dan mengolah emosi (kemampuan untuk mendeteksi dan menggambarkan emosi melalui wajah, gambar, suara, dan objek, termasuk emosi pada dirinya sendiri  kemampuan dasar
2.    Memanfaatkan emosi, yakni kemampuan dalam mengontrol emosi untuk memfasilitasi berbagai aktifitas kognitif seperti berfikir dan menyelesaikan masalah  tergantung mood
3.    Memahami emosi, kemampuan untuk menguasai bahasa emosi dan melakukan pertimbangan terhadap hubungan yang  kompleks bermacam-macam emosi.
4.    Mengelola emosi, kemampuan mengelola emosi baik diri sendiri maupun lainnya untuk mencapai tujuan tertentu (positif atau negatif)
Mixed models (Goleman, 1988) tentang EI:
1.    Kepedulian terhadap diri sendiri (self awareness), kemampuan untuk mengetahui emosi dirinya sendiri, kekuatan, kelemahan, pendorong, menilai, dan tujuan serta menyadari dampaknya terhadap orang lain atau lingkungan,
2.    Mengatur diri sendiri (self regulation), kemampuan untuk mengontrol dan mengarahkan emosi pada kondisi-kondisi tertentu dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan,
3.    Kemampuan sosial (social skill) kemampuan untuk menggerakkan orang sesuai dengan arah yang diinginkan,
4.    Empathy, kemampuan mempertimbangkan perasaan orang lain terutama saat membuat keputusan, dan
5.    Motivasi, menjadi pendorong untuk mencapai tujuan tertentu
EQ = KECERDASAN EMOSI
EQ (Daniel Goleman) kemampuan untuk mengelola perasaan, yakni kemampuan untuk mempersepsi situasi, bertindak sesuai dengan persepsi tersebut, kemampuan untuk berempati, dll. Dalam EQ, terdapat empat unsur pokok:
1) Kemampuan seseorang memahami dan memotivasi potensi dirinya; 2) Memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain; 3) Senang bahkan mendorong melihat anak buah sukses, tanpa dirinya merasa terancam; 4) Asertif, yaitu terampil menyampaikan pikiran dan perasaan dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lain tersinggung.
Kriteria EQ (Mayer) adalah : 1) Empati; 2) Mengungkapkan dan memahami perasaan; 3) Mengendalikan amarah; 4) Kemandirian; 5) Kemampuan menyesuaikan diri; 6) Disukai; 7) Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi; 8) Ketekunan; 9) Kesetiakawanan; 10) Keramahan; dan 11) Sikap hormat
PERBEDAAN IQ DAN EQ
Intelectual Quantum                                                    Emosional Quantum
     Relatif permanen                                      Dapat dipelajari dan berubah menjadi baik
     Titik berat pada logika dan analisis                 Titik berat pada emosi dan biologis
     Berperan sekitar 4% keberhasilan                    Berperan lebih dari 40 % thd       keberhasilan bersama bentuk kecerdasan lain

KECERDASAN SPIRITUAL (SQ)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan orang lain. Dengan kata lain, kita dapat memaknai setiap persoalan yang kita hadapi sehingga setiap perjalanan hidup kita penuh dengan makna dibalik semua masalah.
SQ = KECERDASAN SPIRITUAL
SQ adalah kemampuan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat maknayang adadibalik kenyataan. Indikasi SQ (DanahZohar& Ian Marshal) meliputi: 1) kemampuan untuk menghayati nilai dan makna, 2) memiliki kesadaran diri, 3) fleksibel dan adaptif, 4) cenderung untuk memandang sesuatu secara holistik, 5) serta berkecenderungan untuk mencari jawaban-jawaban fundamental atas situasi-situasi hidupnya.
Kecerdasan Spiritual (SQ) pada umumnya memiliki nilai-nilai, antara lain: kebenaran, kejujuran, kesederhanaan, kepedulian, kerja sama, kebebasan, kedamainan, cinta, pengertian, amal baik, tanggung jawab, tenggang rasa, integritas, rasa percaya, kebersihan hati, kerendahan hati, kesetiaan, kecermatan, kemuliaan, keberanian, kesatuan, rasa syukur, humor, ketekunan, kesabaran, keadila, persamaan, keseimbangan, ikhlas, hikmah, dan keteguhan.
Kecerdasan Spiritual (SQ) dapat memberikan kemampuan untuk dapat mengenali dan mengendalikan yang ada pada diri kita serta realitas kehidupanya. Ini artinya bahwa kecerdasan ini adalah kecerdasan dalam menggunakan wewenang untuk mempergunakan kuasa Allah. Maksudnya ketika seseorang diberikan sebuah potensi oleh Allah dan seesorang tersebut dapat mempergunakan potensinya dengan baik maka seesorang tersebut dapat mengendalikan dan menciptakan realitas hidupnya.
Kecerdasan spiritual berbeda dengan sikap religious. Kecerdasan spiritual lebih sering diartikan rajin salat, rajin beribadah, rajin ke masjid, pokoknya yang menyangkut agama. Hal ini keliru, karena SQ itu kemampuan orang untuk memberi makna dalam kehidupan. Ada juga orang yang mengartikan kecerdasan spiritual itu sebagai kemampuan untuk tetap bahagia dalam situasi apapun tanpa tergantung kepada situasinya.
Ciri orang yang cerdas spiritual itu di antaranya adalah senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan hidupnya, jadi merasa rnemikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan atau apapun yang diyakini, kekuatan alam semesta misalnya), dan punya sense of humor yang baik.

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL
1.    Berniat yang baik (niat seseorang menentukan tentang amal perbuatan dan produks yang dihasilkannya)
2.    Melakukan sesaatu atas dasar kebenaran (kebenaran menjadi asas dalam tindakan)
3.    Berdoa dalam setiap langkah (tiada keberhasilan yang diperoleh tanpa campur tangan Tuhan)
4.    Menjaga kebersihan hati (harus ikhlas dalam melakukan tindakan)
5.    Banyak tafakkur (hendaknya menjadikan alam seluruhnya sebagai titik tolak pemikiran)
6.    Menyandarkan segala sesuatu atas kehendak Allah (segala sesuatu telah ada ketentuannya namun manusia harus melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya (Nur Syam)
 

Tidak ada komentar: